Exploring
the lived experience of older Chinese “Shidu” parents who lost their only
child: A phenomenology study
Disusun
: Thoha Abdul Madjid
A A. Analisis Kritis
Pada tahun 1978, karena ledakan penduduk dan beban
ekonomi, pemerintah Cina mulai menerapkan Kebijakan Keluarga Berencana Cina,
yang membatasi sebagian besar orang tua hanya memiliki satu anak. Kebijakan
satu anak ini diterapkan selama lebih dari tiga puluh tahun, hingga mulai
dihapuskan pada tahun 2015 (Xu, 2015). Kebijakan tersebut secara efektif
mengendalikan pertumbuhan penduduk yang cepat di Tiongkok, dan memberikan
kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat Tiongkok. Namun,
seiring berjalannya waktu, beberapa masalah dengan kebijakan ini menjadi
semakin jelas. Salah satu masalah tersebut adalah munculnya orang tua “Shidu”,
istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang tua yang kehilangan anak
tunggal mereka.
Metode yang digunakan desain studi dan ukuran sampel
Pendekatan fenomenologis kualitatif digunakan untuk memahami kondisi kesehatan
psikologis orang tua “Shidu” yang lebih tua. Metode purposive sampling dan
snowball sampling juga digunakan. Partisipan dipilih berdasarkan kriteria
sebagai berikut, semua partisipan adalah: (a) orang tua yang kehilangan anak
tunggal, (b) orang tua yang tidak dapat memiliki anak baru, (c) orang tua yang
tidak mengadopsi anak lain.
Studi ini menemukan bahwa orang tua “Shidu” yang lebih
tua di China merasakan keinginan yang kuat untuk mengungkapkan kebutuhan mereka
akan dukungan dan pengertian psikososial. Karena mereka tidak memiliki
keturunan untuk mengizinkan perawatan atau melakukan pembayaran, mereka sering
ditolak untuk tinggal di rumah sakit atau panti jompo. Meskipun kebijakan satu
anak diganti dengan kebijakan dua anak yang baru Berlaku mulai tahun 2016.
Namun, dalam masyarakat Tiongkok saat ini, orang tua “Shidu” yang lebih tua
masih menghadapi tantangan dengan penerimaan sosial, kesulitan keuangan, dan
dukungan emosional dan keuangan. Prasangka orang dan tidak adanya anak untuk
mendukung mereka telah memperburuk masalah fisik dan mental mereka. Pemerintah
harus membangun sistem asuransi sosial yang lebih baik untuk menyediakan biaya
hidup dasar bagi orang tua “Shidu” yang lebih tua, terutama bagi keluarga yang
menghadapi kesulitan ekonomi. Masyarakat dapat memberikan layanan dan dukungan
bagi orang tua “Shidu” dengan melakukan hal-hal seperti menunjukkan kepedulian
terhadap kehidupan sehari-hari mereka, memahami kebutuhan mereka dan mendorong
mereka untuk keluar dari rumah mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat. Orang-orang harus mengurangi prasangka terhadap orang tua “Shidu”
yang lebih tua, dan memberikan lebih banyak perhatian dan bantuan kepada mereka.
B. B. Novelty
Novelty
dalam artikel ini adalah uniknya Shidu fenomena di china.
“Shidu”
is a unique phenomenon in China, which may be related to China’s one-child
policy (Liu, 2014). “Shidu”is rare in other countries, so there is few studies
on “Shidu” problem in the other countries.
“Shidu”
adalah fenomena unik di Tiongkok, yang mungkin terkait dengan kebijakan satu
anak Tiongkok (Liu, 2014). “Shidu” jarang ditemukan di negara lain, sehingga
hanya sedikit penelitian tentang masalah “Shidu” di negara lain.
LINK ARTIKEL : ARTIKEL
Comments
Post a Comment